Anda selalu menunda pekerjaan sampai detik detik terakhir? Jika iya, Anda tidak sendirian, banyak orang yang memiliki pola kerja seperti itu. Sifat seperti itu dalam ilmu psikologi disebut sebagai prokrastinasi, yang diambil dari bahasa Inggris procrastination. Para procrastinator, baru akan mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya, misalnya, hanya beberapa jam, bahkan menit, sebelum waktu deadline.
Tadinya, para penunda pekerjaan tersebut, dianggap lemah pengaturan waktunya. Mereka dianggap tidak bisa menentukan skala prioritas dengan benar. Malah, mereka dianggap pemalas. Tapi menurut Joseph Ferrari, Ph.D., professor psikologi dari DePaul University, Chicago, Amerika serikat, penelitian penelitian terhadap sikap prokrastinasi menyimpulkan bahwa sifat menunda pekerjaan disebabkan oleh gangguan kejiawaan dan kepribadian.


Menggangu Kehidupan
Anda mungkin tidak termasuk penunda, jika hanya melakukannnya sekali sekali saja. Apalgi jika pekerjaaan yang Anda lakukan itu memang tidak menyenangkan . Tapi, bila Anda menunda hampir semua pekerjaan sampai saat terakhir, itu lain cerita. Kebiasaan tersebut, dalam jangka panjang bisa berdampak bagi kehidupan karir atau dalam bidang bidang lain, si penunda. Misalnya, menulis surat lamaran kerja pada hari terakhir batas penerimaan lamaran, tentu akan mempengaruhi kualitas suratnya, dan bisa menyebabkannya tidak dipanggil. Penenlitian membuktikan hal tersebut, dimana mahasiswa yang menunda tugasnya biasanya mendapat ranking terendah di kelas. Sebuah penelitian lain bahkan menemukan sebagian besar penunda merasa hidupnya tak bahagia. Lalu, kenapa mereka tetap menunda pekerjaan?

Takut Dinilai
Ferrai mengatakan, para penunda biasanya meragukan kemampuannya dan sangat khawatir dinilai orang lain. “Jadi logika mereka adalah; kalau saya tidak menyelesaikan pekerjaan saya, orang lain tak mungkin menilai kemampuan saya,” kata Ferrari. Menunda pekerjaan juga memungkin seorang penunda menemukan dalih jika pekerjaannya tak optimal. “Mereka sangat takut diragukan kemampuannya, sehingga memilih menyalahkan hal lain seperti waktu yang tak cukup atau terburu buru mengerjakannya ketika hasil kerjanya tak optimal,” tambah Ferrari.
Lebih parah lagi penunda cenderung “merusak” kemampuan mereka untuk menjamin “alibi” ketika hasil kerjanya tak optimal. Dalam satu penelitian, 60 % responden memilih bermain permainan video dibanding belajar untuk ujian matematika yang sulit keesokan harinya.

Orangtua Otoriter
Beberapa psikolog, berpendapat pola pikir seperti itu disebabkan oleh pola pengasuhan anak. Berdasarkan penelitiannnya, Ferrari menyimpulkan sebagian besar penunda memiliki oran tua otoriter. Ia berpendapat, sikap para penunda kronis merupakan pemberontakan terhadap tuntutan ayah. Sementara para ahli lain berpendapat, orang tua yang selalu menentukan apa, kapan dan bagaimana anaknya mengerjakan sesuatu membuat anak anak gagal membentuk inisiatif dan kemampuan membuat perencanaan. Lalu, kalau Anda merasa sebagai penunda, apa yang bisa Anda perbuat? Ferrari menyarankan mencari bantuan profesional, seperti psikolog untuk membantu Anda.
Axact

Wanita Inspiratif

Terimakasih telah mengunjungi blog ini, semoga bermanfaat dan bisa berbagi

Post A Comment:

0 comments: